Saturday, January 29, 2011

KOMUNITAS YAHUDI INDONESIA


Keberadaan orang-orang Yahudi di Manado sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Saat ini, anak keturunan mereka berusaha membangun comunitas dan melestarikan akar dan tradisi dari ajaran Yahudi. Berdirinya Tugu Menorah Yahudi terbesar di dunia bisa jadi salah satu simbol kebangkitan mereka.
 

Disertasi Theo Kamsa dari Vrije Universitiet, Amsterdam, Belanda, mengenai kebaradaan orang-orang Yahudi yang berdiaspora di kawasan Selat Malaka pada April 2010 makin menguatkan fakta dan data mengenai keberadaan Yahudi di negeri ini. Disertasi tersebut menggambarkan tentang keberadaan mereka sejak zaman Belanda hingga kini. Dalam edisi berbahasa Inggris yang beredar ke publik, judul disertasi tersebut adalah “The Jewish Diasporascape in the Straits: An Etnographic Study of Jewish Bussiness Accros Border”. Theo Kamsa meneliti keberadaan beberapa komunitas Yahudi Selat Malaka, seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Khusus di Indonesia, ia mewawancarai para Jewish dan anggota komunitas Yahudi yang berada  di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Manado. 
Dalam disertasinya, Theo Kamsa menyebut beberapa keluarga Yahudi yang cukup berpengaruh di Manado pada masa kolonial, yang kemudian beranak-pinak dan menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Diantara mereka adalah keluarga Abraham Fontein, seorang pebisnis yang pada masa lalu memiliki Hotel Oranje, Toko AFC, dan Toko de Concurrent yang sangat terkenal di Kota Manado. Keluarga Fontein juga mendirikan Sinagog di Jalan Korengkeng, Manado. Abraham Fontein adalah pebisnis Yahudi yang juga menjadi donatur bagi orang-orang Yahudi yang berdiaspora asal Austria dan Jerman. Di rumah Abraham Fontein inilah, pada masa lalu, orang-orang Yahudi sering mengadakan pertemuan. Keturunan Abraham Fontein, yakni John Fontein, pernah aktif di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Theo Kamsa dalam disertasinya juga memuat geneology atau garis keturunan dari Fontein Family. Mereka menikah dan beranak pinak, kemudian menyebar ke berbagai daerah, diantaranya Surabaya, Batavia (Jakarta), Manado, dan Palu. Di Surabaya ada keluarga Antje Rosalin Fontein, kemudian di Aceh Alfred Jacob Fontein yang menikah dengan Margaretha Anies. Kebanyakan mereka ada yang sudah berpindah agama menjadi pemeluk Kristen, dan mengamalkan ajaran Mesianic Judaism, yaitu kelompok yang menyakini Yesus sebagai Mesiah (Juru Selamat)

Selain keluarga Fontein, nama-nama keluarga Yahudi lainnya di Manado adalah, keluarga Ezekiel, de Lange, van Essen, Winter, Meyer, Jacobs, dan Rosenberg. Rata-rata dari mereka adalah orang-orang kaya dan pengusaha. Sekarang, anak cucu mereka berusaha mengumpulkan orang-orang Yahudi yang ada di Manado, membangun komunitas, dan melestarikan akar dan tradisi ajaran Yahudi.

Pasca disertasi Theo Kamsa yang dirilis ke publik, surat kabar The New York Time memuat laporan tentang keberadaan Tugu Menorah terbesar se-dunia yang berada di Manado, sekaligus melaporkan tentang keberadaan sinagog Yahudi dan orang-orang keturunan Yahudi di sana yang berusaha menjaga akar-akar tradisi dan kepercayaan Yahudi. Untuk memuat laporan tersebut, The New York Time langsung mengirim tiga orang wartawannya, yaitu Norimitsu Onishi (Kepala Biro Asia Tenggara), Ed Wray (Fotografer), dan Muktita Suhartono (kontributor The New York Time untuk Indonesia). Mereka meliput kegiatan dan ritual komunitas Yahudi di Manado, diantaranya Sabbath Dinner yang diselenggarakan oleh keluarga Yahudi di Manado.

Dalam kesempatan tersebut, The New York Time mewawancarai  Rabbi Yahudi asal Manado, Yaakob Baruch Palilingan, Oral Bollegraf, dan Irvan Grosman. Ketiganya aktif di Jewish Community of North Sulawesi ( Komunitas Yahudi di Sulawesi Utara) dan Indonesian Jewish Community (Komunitas Yahudi di Indonesia). Irvan Grosman  bahkan memiliki jabatan penting di surbat kabar lokal, Harian Komentar. Kepada  The New York Time mereka mengatakan, seluruh komunitas Yahudi yang ada di Sulawesi Utara sangat bangga dengan darah Yahudi mereka dan keberadaan Sinagog Ohel Yaa-Kov  yang berada di Tondano.”Eksistensi sebagai komunitas Yahudi setidaknya mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar dan pemerintah daerah,” ujar Grosman dan Bollegraf, seperti dikutip Harian Komentar  (15/10). Jauh sebelumnya, surat kabar yang sama ini juga memuat berita dengan judul ”Komunitas Yahudi Aman di Sulut”. 

Selain Sinagog Ohel Yaa-Kov di Tondano juga terdapat Sinagog Beth Hashem. Pada 12 Maret 2009, Harian Komentar juga memuat laporan tentang jaminan bahwa sinagog Yahudi yang ada di Tondano, Sulawesi Utara, dilindungi oleh pemerintah daerah. Dalam laporan tersebut disebutkan, dalam Perayaan Purim (salah satu hari raya Yahudi), Bupati Minahas, Drs Stevanus Vreeke Runtu yang hadir dalam perayaan tersebut menjamin keberadaan sinagog di daerahnya. Selain bupati, perayaan tersebut juga dihadiri anggota DPR-RI Adrian Tapada beserta Chintia Maramis dan perwakilan Jewish Community of Indonesian Maureen Haanah yang mengatakan, ”Hadirnya anggota DPR RI menunjukkan dukungan penuh dari Peme-rintah Indonesia terhadap ke-bebasan plurarisme di Indonesia," ujarnya.

Majalah Suara Hidayatullah edisi Januari 2011 memuat laporan tentang keberadaan komunitas Yahudi di Manado dan hubungannya dengan komunitas Kristen yang merupakan mayoritas di wilayah ini.Dalam laporannya, Hidayatullah memotret fenomena maraknya simbol-simbol Yahudi, bahkan dukungan terhadap negara Israel di wilayah tersebut. Bahkan, massa dengan sangat provokatif mengibarkan bendera Israel pernah berpawai di jalan-jalan meneriakkan dukungannya terhadap negeri Zionis tersebut dalam konflik Palestina-Israel. Di Amerika, kelompok seperti ini disebut sebagai Zion-Christian, yakni orang-orang Kristen yang berkolaborasi mendukung penuh berdirinya Zionisme Israel. Sedangkan di Indonesia, menurut peneliti tentang Zionisme, Ridwan Saidi, mereka bisa disebut sebagai Ziokindo (Zionis-Kristen Indonesia)

2 comments:

  1. halaaahhhh... pada main agama..
    jelas-jelas israel itu bukan orang kristen, agamanya Yahudi.. kitabnya Taurat / Torah....

    kalo mereka darah campuran/blaster emangnya kenapa? urusan mereka kok mau ngapain..
    urusin aja negara sendiri deh...
    makan aja susah...

    ReplyDelete
  2. banyak orang Yahudi di Indonesia membentuk komnitas Yahudi Indonesia

    ReplyDelete

Kasih kritik dan saran