Monday, January 10, 2011

INDONESIA, Harus Punya TV ISLAM NASIONAL

Sebab tayangan acara maupun konten iklannya lebih banyak mendorong masyarakat untuk hidup konsumtif bahkan mendidik generasi muda untuk melegalkan kemaksiyatan termasuk perzinahan. Maka tidaklah mengherankan jika dari waktu ke waktu akhlak dan moral bangsa semakin bobrok dengan banyaknya kasus perselinguhan, perkosaan, perzinahan, pembunuhan, aborsi hingga korupsi.
Meski mayoritas mutlak 88 persen, namun umat Islam Indonesia hingga sekarang belum memiliki Televisi Islami dengan jangkauan siarannya secara nasional. Sebuah Televisi Islami yang benar-benar Islami  siarannya dan Islami konten acara maupun iklannya, sehingga selalu diisi dengan dakwah Islam dan diharapkan akan mampu mengkounter berita-berita yang selama ini selalu mendiskreditkan umat Islam. Padahal pengikut Budha dan Hindu yang jumlahnya tidak sampai 2 persen, memiliki DAAI TV dan Bali TV dengan networknya, dimana jangkauan siarannya menasional dan setiap hari selalu menyiarkan acara-acara berbau Budha dan Hindu. Sementara televisi nasional lainnya kalau tidak dikuasai kelompok Kristen atau Katolik, pasti dikendalikan kelompok sekuler yang selalu mendiskreditkan umat Islam dalam setiap pemberitaannya.
Berikut ini wawancara Suara Islam dengan Pemimpin Umum Perguruan Islam As Syafi’iyah Jakarta, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, seputar pendirian Assalam TV (Frequensi VHF 196,25 MHz) dan kontribusinya bagi dakwah Islam di masa mendatang. Selain itu ulama asli Betawi yang juga pemimpin Radio As Syafi’iyah Jakarta, Radio As Salam (RAS) FM Jakarta dan Radio Suara Pulo Air, Sukabumi, Jawa Barat itu juga memberi solusi bagaimana agar umat Islam Indonesia mampu keluar dari keterpurukannya sekarang ini, sehingga diharapkan mampu membawa negara ini menuju baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur.

SUARA ISLAM: Mengapa umat perlu memiliki Televisi Islami seperti Assalam TV ?

Kiyai Abdul Rasyid:
Kewajiban pertama sebagai hamba Allah, kita dikarunia agama Islam dan cahaya iman masuk ke dalam hati. Kewajiban kita yang pokok adalah mentauhidkan atau mengesakan Allah, kemudian mengabdi kepada Allah subhanahu wa taala. Karena itulah Allah menciptakan manusia. Firman Allah: “Wamaa kholaqtul jinna wal insa illa liya’ buduun” (Tidaklah Aku jadikan jenis jin dan manusia agar supaya mereka beribadah kepada Ku (mentauhidkan Aku)”.

Sebagaimana kita maklum, landasan awal yang kokoh adalah berilmu. Firman Allah: “Fa’lam anahu llaaillaha illallah” (Ketahuilah (berilmulah kamu, yaitu menuntut secara aktif mencari ilmu dan mengetahui serta meyakini) bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah)”.

Ibadah itu dilandasi iman yang masuk ke dalam hati, kemudian tegak diatas fondasi iman itu kita melaksanakan perintah-perintah Allah atau melaksanakan Rukum Islam yakni syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu menempuh perjalanan kepada Nya.

Sebelum Islam datang ke Indonesia sudah ada Hindu dan Budha. Islam kemudian datang ke Indonesia dengan aman dan damai. Alhamdulillah, nenek moyang kita dahulu terbuka hatinya untuk menerima kebenaran Islam. Namun sekarang masih cukup banyak umat Islam yang jahil, belum mendapat pengetahuan yang memadai tentang pokok-pokok Rukun Iman dan Rukun Islam.

Dengan adanya Assalam TV, kita ingin berdakwah dengan menyampaikan kepada jamaah dan umat kita, sehingga mudah-mudahan kekurangan dan kesenjangan tersebut secara berangsur-angsur dapat kita laksanakan. Karena mereka berilmu, mendapat pelajaran tentang ilmu dan iman serta tentang cara beribadah sehingga semakin meningkat keimanannya dan ketaqwaannya kepada Allah subhanahu wa taala.

Kita harapkan Assalam TV ini  disambut dengan baik oleh setiap rumah tangga jamaah As Syafi’iyah khususnya dan umat Islam umumnya, dimana pancaran siarannya mampu diterima di rumah-rumah mereka. Nantinya kita akan menghidangkan santapan rohani agar lebih taqorrub kepada Allah subhanahu wa taala.


SUARA ISLAM: Mengapa umat Islam Indonesia yang mayoritas mutlak 88 persen, masih lemah dalam peguasaan media massa khususnya televisi dan media cetak ?

Kiyai Abdul Rasyid: Memang kita wajib dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, yakni siap berkorban dengan harta, tenaga, fikiran dan jiwa sekalipun untuk meraih ridho Allah subhanahu wa taala. Jadi manakala keimanan umat dan ketaqwaannya semakin bertambah, tentunya kita mengharapkan dan yakin umat semakin berani dan bersedia berkorban untuk memberikan sebagian hartanya seperti infaq, amal jariyah, shodaqoh, wakaf  sebagai bagian harta yang dikaruniakan Allah. 

Menyelenggarakan stasiun televisi tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit hingga milyaran rupiah. Semakin canggih peralatannya, maka dana yang diperlukan juga semakin besar. Sudah saatnya umat Islam menyadari sepenuhnya dan kemudian rela berkorban untuk mengikhtiarkan atau berusaha guna mampu memiliki dan menyelenggarakan televisi, untuk mengisi dan menyantuni umat yang sangat hajat kepada tuntutan Islam dan ilmu agama maupun ilmu secara umum yang sangat diperlukan.

Sementara itu ulama maupun kalangan ahli pendidikan sangat menyadari betul telah terjadi kemerosotan akhlak yang sangat serius dimana-mana. Dalam sebuah survei disebutkan 68 persen murid SMP dan SMA sudah tidak perawan lagi. Bukankah ini suatu berita atau informasi yang sangat dahsyat. Kerusakan akhlak yang melanda anak-anak dan remaja kita, mereka dirusak antara lain melalui bacaan-bacaan, gambar-gambar film dan video porno dengan mengumbar aurat sehingga mereka tergoda berbuat melanggar susila, naudzubillah min dzalik.

Ini sebenarnya suatu kewajiban bagi bapak dan ibu keluarga muslim dan muslimah yang harus menyelamatkan anak sebagai amanah titipan Allah dan mendidik sebaik-baiknya. Tidaklah Allah dalam Al Qur’an dengan jelas telah memperingatkan dengan firmanNya: “Yaa ayuha ladzina amanu quu anfusakum wa ahliikum naara” (Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan ahlimu dari siksa api neraka)”.

Memelihara diri kita masing-masing, dimana kita telah meyakini bahwa dengan melaksanakan perintah perintah Allah, melaksanakan ibadah dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah serta berusaha meraih khusnul khotimah ketika kita menghembuskan nafas terakhir, sehingga kita mati dalam iman dan Islam serta diterima Allah subhanahu wa taala.

Tetapi manakala kita telah  berumah tangga, maka tidak cukup hanya diri kita saja tetapi juga ahlikum atau keluarga, anak-anak dan istri. Hadis Nabi: “Ajarkan kepada mereka kewajiban agama”. Seperti mengajarkan sholat kepada istri dan anak termasuk mantu dan cucu. Mereka wajib menjalankan sholat lima waktu demi memerdekakannya dari siksa api neraka, tidak boleh kendor dan lalai.

Sekaranglah waktunya kita sadar bahwa kalau anak-anak yang merupakan amanah Allah kita abaikan, niscaya disamping keluarga kita akan hancur, masyarakat akan hancur bahkan negarapun akan hancur, naudzubillah min dzalik. Namun jika rumah tangga beriman dan bertaqwa, maka akan kokohlah rumah tangga tersebut, kokohlah masyarakat di sekitarnya dan negara menjadi aman dan damai dengan mendapat ridho dari Allah subhanahu wa taala. Karena dari mulai bagian terkecil hingga yang besar telah melaksanakan dan menjunjung tinggi perintah Allah serta beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wa taala.

SUARA ISLAM: Banyaknya terjadi kerusakan akhlak remaja kita, apakah 10 televisi swasta nasional wajib bertanggungjawab, sebab acara-acaranya mayoritas mengumbar nafsu syahwat ?

Kiyai Abdul Rasyid: Betul, saya yakin demikian ! Karena lewat berbagai wawancara di media cetak diungkapkan, betapa keprihatinan para kyai, ulama, ustad dan tokoh pendidikan yang menyatakan banyaknya tayangan sampah yang amat merusak masyarakat tampil di televisi kita, terlebih lagi disaksikan para remaja dan anak-anak kita. Tayangan televisi kita tidak mendidik dan tidak mengarahkan kepada akhlaqul karimah bahkan sebaliknya.

Kewajiban mendasar dan pokok kita sebagai mahluk ciptaan Allah, manusia sebagai hamba Allah yang istimewa dan mulia adalah mengabdi kepadaNya. Sebab Allah maha kaya dan maha kuasa, penguasa tunggal  alam semesta. Allah yang menciptakan langit, matahari, bumi dan segala isinya termasuk manusia, maka wajib mengenal Allah yang kita sembah, yang tidak ada tuhan melainkan Allah, kita wajib mengabdi dan menyembah kepadaNya. Maka alangkah malangnya dan buruknya manusia-manusia yang malas mengenal Allah bahkan tidak mau mentauhidkan dan tidak mau melaksanakan ibadah mengabdi kepada Allah, bahkan mereka bermaksiyat kepada Allah subhanahu wa taala.

Padahal Allah telah memberikan segalanya seperti pancaindra mata, telinga, hidung, mulut, tangan  dan kaki secara lengkap. Firman Allah: “Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiim” (Sungguh Kami telah menciptakan manusia sebagus-bagus bentuk)”. Betapa bedanya kita dengan hewan yang juga ciptaan Allah seperti buaya, ular, kera, kambing dan sebagainya. Masya’Allah, manusia merupakan mahluk Allah yang sangat indah. Allah muliakan manusia anak Adam. Firman Allah: “Walaqod karromna bani adam” (Sungguh Kami telah memuliakan anak keturunan Adam)”.

Maka alangkah buruknya, manusia yang tidak mensyukuri nikmat Allah, artinya menggunakan pemberian Allah untuk hal-hal yang di ridhoi-Nya, menggunakan nikmat yang Allah perintahkan. Seperti mata untuk melihat yang baik-baik bukan yang haram-haram, seperti melihat alam ciptaan Allah yang sedemikan dahsyatnya dan menanamkan keimanan semakin kokoh kepada Allah, sang pencipta alam semesta. Mata untuk membaca ayat suci Al Qur’an, untuk memperhatikan mahluk ciptaan Allah seperti tujuh lapis langit dengan segala isinya. Kemudian silih bergantinya malam dan siang dimana harus dipikirkan, direnungkan, diresapkan dalam hati sanubari kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, jangan mengikuti hawa nafsu dan mengikuti Iblis dan Syetan dengan perbuatan maksiyat. Allah telah mengingatkan secara tegas: “Walaa tatabiuu khutuwaati Syaitan, inahu lakum aduwun mubiin”(Kamu jangan mengikuti langkah-langkah Syetan, dia musuhmu yang amat terang dan nyata)”.

Seperti malam tahun baru, hotel-hotel menyelenggarakan night club dengan menyiapkan acara old and new, kemudian lampunya dimatikan dan disediakan minuman keras dengan lawan  jenis yang juga telah disiapkan dan sebagainya. Maka ini betul-betul cobaan dan fitnah bagi manusia itu sendiri yang merupakan mahluk ciptaan Allah.

Padahal dengan  bertambahnya umur, otomatis semakin dekat ke kubur. Seharusnya mereka menyadari bahwa sudah semakin siap dengan bertaqorrub kepada Allah. Justru dengan pergantian tahun memperbanyak beristighfar, berdzikir dan bersholawat, ini yang utama.  Kalau benar-benar kita memperhatikan tuntunan Islam yang landasannya iman. 

SUARA ISLAM: Saat ini kondisi umat Islam Indonesia yang mayoritas semakin terpuruk. Meski kita mayoritas, tetapi sebenarnya tertindas atau terjadinya tirani minoritas terhadap mayoritas. Mengapa ini bisa terjadi ?

Kiyai Abdul Rasyid: Bahwa 15 abad lalu Rasulullah shalallahu alaíhi wassalam bersabda: Taraktu fiikum amraini lan tadhilu idza tamasaktum bihima, kitaballah wa sunnata rasuulihi” (Aku telah tinggalkan untukmu dua perkara penting. Selama kamu berpegang teguh kepada kedua peninggalan pentingku itu, kamu tidak akan tersesat sesudahku selamanya, yaitu Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah RasulNya (sabda dan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu alaíhi wassalam).”

Dulu bangsa Arab keadaanya terpuruk, berperang terus selama ratusan tahun antar suku yang tak berkesudahan. Kerja mereka hanya mabuk-mabukan dan wanita tak ada harganya. Adapun yang berkuasa dan kaya menindas para budak dan fakir miskin. Mereka sangat kejam, dimana anak perempuannya mereka kubur hidup-hidup dan mereka menyembah patung berhala. Naudzubilah min dzalik.

Namun, Allah yang maha kasih sayang mengutus RasulNya, Nabi Muhammad shallallahu alaíhi wassalam. Firman Allah: “Huwa ladzii arsala rasuulahu bil huda wa diinil haqi liyudhirahu alaa diini kulihi wakafaa billahi syahiida” (Dialah Allah yang telah mengutus RasulNya (Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam) dengan petunjuk Allah (Al Qur’an) dan agama yang haq (Islam) untuk memenangkan atas semua agama dan Allah cukup sebagai saksi)”.

Maka alhamdulillah, bangsa Arab yang tadinya tak dipandang di permukaan bumi atau yang terlupakan, namun dengan bimbingan dan arahan serta petunjuk Nabi Muhammad shallallahu alaíhi wassalam kemudian bangkit, memperoleh kemuliaan yang tinggi karena mereka betul-betul melaksanakan apa yang diperintahkan dan dibimbing Nabi Muhammad shallallahu alaíhi wassalam, sehingga masa itu adalah masa yang terbaik.  Sabda Nabi Muhammad shallallahu alaíhi wassalam: “Paling baik masa adalah masa yang disitu aku bersama seluruh sahabat.” Inilah generasi pertama umat Nabi Muhammad shallallahu alaíhi wassalam.

Kita tidak boleh berputusasa, manakala kita ingin meraih kesuksesan dan kejayaan, maka kedua pusaka yang ditinggalkan Rasulullah shallallahu alaíhi wassalam itu mari kita pegang teguh dan laksanakan. Kandungan perintah Allah dalam Al Qur’an kita laksanakan. Perintah RasuNya kita laksanakan dengan ikhlas dan penuh iman, sehingga berarti kita meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa taala. Firman Allah: “Walaw ana ahlal quro aamanu wataqaw lafatahna alaihim barakaatin mina samaai wal ardhi” (Andaikan penduduk suatu negeri  betul-betul beriman dan bertaqwa, sungguh Kami akan bukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi”). Dengan demikian kita memelihara dan menjaga iman,  jangan sampai iman kita dirusak oleh unsur apapun termasuk media massa dan yang datang dari luar, sehingga kita tetap mempertahankan iman tersebut.

Adapun air hujan yang datang dari langit sangat dibutuhkan tanah yang tandus menjadi subur. Kemudian pintu keberkahan di bumi yaitu menerima air hujan dan tumbuh tanaman yang bermanfaat seperti padi, gandum, palawija dan lain-lain. Makmurlah dan sejahteralah hamba Allah manakala mereka beriman dan bertaqwa. Tetapi sayangnya, mereka mendustakanNya dan mengikuti hawa nafsu syetan, maka Allah subhanahu wa taala akan siksa akibat perbuatan mereka sendiri. Jadi kuncinya adalah beriman dan bertaqwa serta beramal sholeh.

SUARA ISLAM: Dulu KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari setelah kembali dari tanah suci mendirikan Muhammadiyah (1912) dan NU (1926), demikian pula HOS Cokroaminoto dan KH Agus Salim mendirkan Syarikat Islam (1905). Tetapi mengapa sekarang jumlah jamaah haji luar biasa banyaknya, tetapi mereka tidak mampu merubah keadaan seperti para ulama besar tersebut ?

Kiyai Abdul Rasyid: Para ulama itu sebenarnya bukan hanya melaksanakan ibadah haji saja, tetapi mereka juga bermukim disana selama bertahun-tahun untuk menimba ilmu. Mereka mengaji dengan sungguh-sungguh kepada para ulama disana, kemudian setelah kembali ke tanah air mereka melaksanakan ilmunya sehingga bermanfaat bagi umat Islam Indonesia.

Kalau dibandingkan dengan jamaah haji sekarang, maka disamping masíh terdapat banyak kelemahan, artinya mereka yang tidak belajar manasik dahulu ternyata jumlahnya cukup banyak. Kemudian setelah di survei, ternyata presentase jamaah haji yang mampu membaca Al Qur’an sangatlah rendah. Jadi kita sudah bisa menggambarkan bahwa perolehan merekapun tentunya  akan sangat terbatas sekali, apalagi kalau mereka sampai diharapkan menjadi penyebar ilmu setelah pulang dari tanah suci.

Namun mudah-mudahan dari jumlah sebesar itu terdapat diantara mereka yang belajar disana. Sebab di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah, antara ba'da Maghrib hingga Isya’ selalu ada ulama yang mengajarkan ilmu. Jika mereka memahami bahasa Arab, tentu akan sangat bermanfaat manakala mereka kembali ke Indonesia.

Kebangkitan umat Islam Indonesia sungguh banyak tahapan yang harus dilalui. Memang perlu peningkatan kualitas dan kuantitas para penuntut ilmu, sehingga mereka setelah memperoleh ilmu kemudian mengamalkan dan menyiarkannya. Mudah-mudahan para jamaah haji itu menjadi penyebab dan pendorong perubahan keadaan yang lebih baik bagi umat Islam Indonesia

2 comments:

  1. turut mendaftarkan tv islam silakan kunjungi http://masjidtv.co.de

    ReplyDelete
  2. Sudah ada TV Islami melalui satelit palapa seperti Rodja TV, Ahsan TV, Insan TV dan Wesal TV

    ReplyDelete

Kasih kritik dan saran